Sejarah Departemen

Riwayat Perkembangan Seksi Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta

Pendahuluan

Keadaan sebelum tahun 1956
Seksi Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada diasuh oleh Prof. dr. M. Soetopo. Sejak beliau diangkat menjadi Pemimpin Lembaga Pemberantasan & Penyelidikan Penyakit Kelamin di Surabaya, maka beliau pindah kedudukannya di Surabaya. Poliklinik Penyakit Kulit & Kelamin dilebur dan digabungkan dengan Poliklinik Penyakit Umum dibawah asuhan Dokter Tjokro Hadidjojo, Direktur RS Universitas Gadjah Mada. Sebulan sekali Prof. dr. M. Soetopo datang ke Yogyakarta untuk melanjutkan pemberian kuliah Dermato-Venereologi, sehingga pendidikan para mahasiswa Fakultas Kedokteran masih dapat berlangsung terus. Adapun Co-Schap (= wajib tugas membantu) dari pada para mahasiswa (Doctorandi) sebelum menempuh ujian A.II. terpaksa dipindahkan ke Surabaya, sehingga para Doctorandi secara bergiliran mondok di L.P3.K. Surabaya selama 1 (satu) bulan untuk menjalani Co-Schap tersebut.

Mulai tahun 1956
Pertumbuhan Seksi Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin
Setelah kami (dr. R.M. Rahardjo Nitisaputro) selesai menjalani tugas belajar selama 1 (satu) tahun diluar negeri, di London pada bulan Desember 1955, maka kami diperintahkan pindah ke Yogyakarta, membangun kembali Seksi Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Berhubung Prof. dr. M. Soetopo resmi masih belum berhenti sebagai pemimpin dari Seksi Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta maka terlebih dahulu diadakan perundingan untuk memperoleh cara pembagian tugas antara Prof. dr. M. Soetopo dengan kami. Adapun pembagian tugas adalah sebagai berikut:

Prof. dr. M. Soetopo masih tetap secara resmi menjabat pemimpin dari Seksi Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Disamping tugas beliau sebagai pemimpin Lembaga Pendidikan & Pemberantasan Penyakit Kelamin di Surabaya yang membutuhkan perhatian banyak, namun beliau masih menyanggupi untuk pergi ke Yogyakarta sebulan sekali.
Kami diberi kuasa atas nama beliau untuk mengerjakan dan menyelesaikan urusan sehari-hari dan untuk soal-soal penting wajib berunding lebih dahulu dengan beliau, sebelum menentukan cara penyelesaiannya. Kepada kami diberi tugas untuk membuka kembali Poliklinik Penyakit Kulit & Kelamin dan mengusahakan perawatan bagi para penderita yang membutuhkan perawatan di Rumah Sakit (= mondok).
Kesimpulan

Prof. dr. M. Soetopo masih memegang soal pendidikan para mahasiswa dan kami ditugaskan dalam bidang kuratip dengan masyarakat penderita penyakit kulit & kelamin.

Perkembangan Seksi Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin
Pembukaan kembali dari Poliklinik Penyakit Kulit & Kelamin, disambut dengan gembira oleh dr. Tjokro Hadidjojo, pemimpin Poliklinik Umum dan untuk menyelenggarakannya diberi 1 (satu) ruangan dalam Complex Poliklinik Umum. Pada tanggal 19 Maret 1956 Poliklinik Penyakit Kulit & Kelamin dibuka kembali dengan resmi. Selama berjalan lebih kurang 6 (enam ) bulan terasa bahwa hanya dengan 1 (satu) ruangan saja, poliklinik tak dapat berkembang, segala keperluan mutlak bagi poliklinik pengobatan penderita setempat, termasuk suntikan masih bergabung dengan poliklinik umum. Atas desakan kami, maka dr. Tjokro Hadidjojo memberikan tambahan sebuah ruangan, yang dipergunakan untuk pendaftaran para penderita, kamar perban, suntik dan Tata Usaha.

Untuk menyelenggarakan tersebut kepada Seksi Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin diperbantukan 2 (dua) orang perawat, seorang Kepala Kantor Tata Usaha dan seorang Juru Ketik.

Disamping pembukaan kembali dari Poliklinik Penyakit Kulit & Kelamin maka terasa pula suatu kebutuhan untuk merawat para penderita yang menderita sakit payah dan sangat memerlukan perawatan dalam Rumah Sakit. Demikianlah kami mendapat pertujuan dari Prof. Sardadi, Pemimpin Seksi Ilmu Penyakit Dalam, untuk menitipkan penderita penyakit Kulit & Kelamin dalam ruangan Penyakit Dalam di Complex Rumah Sakit Pugeran. Menjelang akhir tahun 1965 dengan pertujuan dr. Kasmolo Paulus, Direktur RS Bethesda Yogyakarta, kami mendapat sebuah ruangan, sebenarnya suatu dag – verblijf = dari ruangan Chirurgi, yang telah dirubah untuk ruangan penyakit Kulit, dengan pengertian, bahwa kami wajib membantu pekerjaan Poliklinik Umum dari Rumah Sakit Bethesda secara suka rela (tidak mendapat honorarium).

Sepanjang tahun 1957
Atas desakan kami pada Prof. dr. Sardjito, yang juga merangkap Pemimpin Seksi Bacteriologi & Imunologi Fakultas Kedokteran, pada bulan Januari 1957 kami mendapat sebuah ruangan dalam gedung Bacteriologi, yang telah kami susun sebagian untuk ruangan Pemimpin dan sebagian untuk Kantor Tata Usaha Seksi Penyakit Kulit & Kelamin. Meubelair dan alat-alat kantor yang telah dipesan terlebih dahulu, dapat selesai tepat pada waktunya.

Berhubung dengan kedatangan Prof. M. Soetopo ke Yogyakarta sepanjang tahun 1956 mulai tidak teratur, karena kesibukan tugas beliau maka dengan persetujuan Rapat Dewan Guru Fakultas Kedokteran, Prof. Dr. M. Sardjito menyerahkan soal pendidikan para mahasiswa kepada kami.

Demikianlah mulai tahun 1957 kami memberi kuliah kepada para mahasiswa tingkat IV dan V dengan memakai tempat ruangan kuliah di Complex Ngasem. Dengan persetujuan Pemimpin Perpustakaan Pusat, maka buku-buku pelajaran Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin serta majalah-majalah yang berhubungan dengan ilmu teebut kami pindahkan dari Gedung Perpustakaan Pusat ke Ruang Tata Usaha Seksi Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin, sehingga untuk keperluan literature, maka para mahasiswa tidak perlu lagi pergi ke Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada.

Pada bulan Maret 1957 kami mendapat seoranng asisten, dr. R. Soeliantoro Sulaiman, yang pindah dari Jakarta untuk dididik menjadi Ahli Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin selama 3 (tiga) tahun. Kedatangan dr. R. Soeliantoro Sulaiman adalah tepat sekali, karena bertambahnya tugas kami yaitu memberi kuliah pada para mahasiswa, sebenarnya kami dihadapkan pada suatu tugas yang maha berat, hanya seorang diri yang mengerjakan Poliklinik Penyakit Kulit & Kelamin, mengunjungi para penderita yang dirawat di RS Complex Pugeran dan RS Bethesda, memberi kuliah pada para mahasiswa dan mengurus surat-menyurat yang bertalian dengan proses pertumbuhan Seksi yang sedang berkembang, dengan motto mengejar ketinggalan waktu dan alat-alat, karena lain-lain seksi kesemuanya sudah gesettled lengkap dengan equipment dan ruangan-ruangan kerjanya.

Berhubung dengan keadaan keuangan Universitas Gadjah Mada yang merasa berat membiayai pemondokan para Doctorandi selama1 (satu) bulan Co-Schap di Surabaya. Dipendekkan dan sebagian dapat dijalankan di Yogyakarta.

Dengan peetujuan Prof. dr. M. Soetopo, maka pada pertengahan tahun 1957 lamanya Co-Schap dijadikan 6 (enam) minggu (resminya memang 6 (enam) minggu lamanya), dengan pembagian 4 (empat) minggu dijalankan di Yogyakarta dan 2 (dua) minggu di Surabaya.

Pada akhir tahun 1957 Rapat Dewan Guru mengambil suatu keputusan yang penting yaitu menetapkan mata pelajaran Dermato-Venereologi sebagai mata pelajaran wajib untuk ujian A.II. yang akan dimulai pada permulaan tahun 1958. Sebelum tahun 1958 semua dokter-dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tidak diuji kecakapannya mengenai bidang Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin.

Sepanjang tahun 1958
Didalam bulan Januari 1958 dimulai dengan ujian Dermato-Veneorologi sebagai mata pelajaran wajib untuk ujian A.II., dengan bijzitter: dr. Mardjaban dari BKIA Yogyakarta. Oleh karena para examinandi kurang memiliki pengetahuan elementair dari Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin, satu dan lain karena tidak teraturnya mengikuti kuliah, maka hasilnya sangat mengecewakan.

Pukul rata tiap-tiap examinandus harus mengulangi ujian mata pelajaran Dermato-Venereologi. Pada penutupan tahun kuliah 1957/1958 . Rapat Dewan Guru telah menyetujui usul kami, untuk menghapuskan Co-Schap yang berlangsung di Surabaya selama 2 (dua) minggu dan mulai September 1958 seluruh Co-Schap Dermato-Venereologi selama 6 (enam) minggu dilangsungkan di Yogyakarta. Untuk dapat mengikuti perkembangan-perkembangan para penderita yang dirawat, maka para Co-Assistant berpindah-pindah tempat pekerjaannya, yaitu dari Poliklinik Ngasem ke Complex RS Pugeran dan RS Bethesda dengan segala akibat-akibatnya.

Pada bulan Mei 1958, datanglah pesanan kami untuk alat-alat laboratorium sehingga kami dapat membuka Veneri Laboratorium yang dimulai dengan pemeriksaan: W.R. Kahn, V.D.R.L., dan P.P.R. untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Penyelenggaraan merupakan kerja sama dengan Seksi Bacteriologi yang menyediakan tenaga-tenaga yang sudah terdidik dan kami menyediakan alat-alat dan bahan-bahannya (reagentia). Setelah mendapat pengalaman selama 3 (tiga) bulan, maka pemeriksaan serologis diperluas dan menerima monster darah dari semua seksi-seksi klinis dari Fakultas Kedokteran dan dari keurings patienten untuk masuk/diterima menjadi jururawat, Pegawai Negeri, calon-calon Cadet AURI sebagai hasil kerja sama dengan Jawatan Kesehatan Udara RI dan dari wanita-wanita P yang digaruk oleh Jawatan Kesehatan Kota Praja Yogyakarta.

Pada akhir tahun 1958 atas inisiatip dari dr. Martohoesodo, Kepala Jawatan Kesehatan Rakyat DIY dan disokong sepenuhnya oleh dr. R. Hadji Boanjamin, Kepala Lembaga Penyelidikan dan Pemberantasan Penyakit Kusta di Jakarta, telah diresmikan berdirinya Cabang DIY dari LP3K Pusat Jakarta dan kami ditunjuk untuk membangun Cabang dan untuk sementara memimpin penyelenggaraannya.

Demikian pada akjir tahun 1958 kami mendapat tugas penuh padat:
Pendidikan para mahasiswa tingkat IV dan V, memberi kuliah secara systimatik dan teratur.
Membimbing para Co-Assistenten selama 6 (enam) minggu menjalani tugas membantu (Co-Schap).
Mengadakan supervisie atas pekerjaan Poliklinik Penyakit Kulit & Kelamin, yang diselenggarakan oleh dr. R. Soeliantoro Sulaiman.
Mendidik dr. R. Soeliantoro Sulaiman menjadi Ahli dalam Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin.
Mengadakan Zaal visite untuk penderita-penderita yang dirawat di Complex Pugeran dan di Bethesda.
Memimpin Laboratorium untuk Penyakit Kelamin, yang melakukan pemeriksaan serologis untuk kebutuhan semua seksi-seksi klinik dari Fakultas Kedokteran.
Melakukan Research dalam bidang Dermato-Venereologi, yang hasilnya telah dimuat dalam Majalah Kedokteran Indonesia di Jakarta.

Sepanjang tahun 1959
Tugas kami yang penuh padat seperti teebut diatas dapat diselenggarakan dengan baik, bahkan disempurnakan dimana ternyata ada kekurangan-kekurangan. Kami merasa bahwa kami tidak mungkin dapat bertahan lama dalam keadaan tekanan physic dan psychis teebut, sehingga pada bulan Juni 1959 kami jatuh sakit, sehingga memerlukan istirahat di Panti Rapih beberapa hari dan kemudian dilanjutkan istirahat di rumah.

Setelah kami sembuh kembali, maka untuk meringankan beban tugas kami maka kepada dr. R. Soeliantoro Sulaiman diserahi beberapa bagian untuk mengawasi, yakni: Veneri Laboratorium dan membimbing para Co-Assistent selama menjalani Co-Schap. Juga soal Visite zaal dibagi 2 (dua), sehingga dr. R. Soeliantoro Sulaiman mendapat tanggung jawab untuk para penderita yang dirawat di Complex Pugeran.

Sepanjang tahun   1960
Pada tanggal 23 Juni 1960, Gedung Complex Mangkuwilayan telah selesai , sehingga kami dapat mendiami ruangan perwatan, laboratorium dan tata usaha, sedangkan Poliklinik untuk sementara masih di Complex Poliklinik Ngasem.

Bagian perawatan mempunyai kapasitas untuk merawat 25 penderita dengan pembagian:
10 tempat tidur untuk pria
10 tempat tidur untuk wanita
5 tempat tidur untuk anak-anak

Tenaga perawatan terdiri dari:
3 orang mantri perawat
1 orang pembantu perawat
8 orang pelajar pengamat kesehatan
1 orang pelayan
Para penderita yang masih dititipkan di Complex Pugeran dan Bethesda berangsur-angsur dipindahkan ke Complex Mangkuwilayan. Bantuan kami kepada Bethesda berlangsung terus, hanya terbatas pada Colsultan.

Bagian tata usaha dan perpustakaan mulai disusun dengan permulaan 20 buah buku-buku ilmiah dan 155 buah majalah sebagian besar dari luar negeri, sedangkan majalah dalam negeri sangat terbatas jumlahnya.

Mengenai kuliah yang semula masih meminjam ruangan kuliah di Complex Mangkuwilayan, sehingga dapat dilengkapi dengan demonstrasi-patienten yang diambil dari zaal-patienten.

Sebelum tahun 1960 maka kunjungan kuliah dari para mahasiswa tingkat IV dan V sangat mengecewakan sekali, maka guna memperbaiki kunjungan kuliah diadakan attendance-report.

Tiap-tiap mahasiswa yang wajib mengikuti kuliah diharuskan memiliki admission-ticket untuk satu tahun pelajaran, yang diperoleh dari bagian tata usaha seksi. Tiap-tiap kali menghadiri kuliah, maka admission-ticket wajib dibawa, sehingga dapat diketahui berapa banyaknya attendance. Untuk mahasiswa yang hingga 4 kali berturut-turut tidak menghadiri kuliah, diselidiki apa sebabnya dan apabila alasan tidak cukup memenuhi syarat-syarat maka pada mahasiswa yang beangkutan tidak diberi surat keterangan puas. Dengan sistem attendance-report maka kunjungan kuliah berangsur-angsur menjadi baik.

Sepanjang tahun 1961
Setelah peiapan digedung Complex Mangkuwilayan berjalan lancar dengan datangnya alat-alat perlengkapan secara berangsur-angsur, maka pada bulan April 1961 ruangan Poliklinik di Complex Ngasem dapat kami pindah ke Complex Mangkuwilayan, sehingga Seksi Penyakit Kulit & Kelamin dapat dipeatukan, oleh karenanya segalanya dapat berjalan lebih lancara. Para penderita tidaklah perlu lagi mondar-mandir dari poliklinik di Ngasem ke laboratorium dan zaal di Complex Mangkuwilayan.

Pada pertengahan tahun 1961 dr. R. Soeliantoro Sulaiman telah selesai dengan pendidikan keahliannya dan kami serahkan kembali kepada Ketua Fakultas Kedokteran untuk dapat diberikan tugas baru yang sesuai dengan keahliannya.

Disamping itu kami menerima untuk dididik seorang Assisten baru ialah dr. Hasyim Rowawi, akan tetapi beliau terlebih dulu harus menjalani wajib militer dan setelah selesai baru bekerja pada kami. Pendidikan praktis pada para Co-Assistant diperluas dengan mengadakan sistem REDGISTRAS IN CHARGE. Tiap-tiap Co-Assistant yang mendapat giliran menjadi Registrar in Charge diberi wewenang sebagai wakil pimpinan seksi diluar dinas kerja, dengan tanggung jawab penuh.

Dalam hal-hal yang sulit dan diluar kecakapannya, maka mereka dapat menghubungi kami melalui telepon.
Kedudukan para Co-Assistant dibagi dalam 3 (tiga) golongan menurut lamanya, yakni:

Junior Co-Assistant = minggu ke I dan II
Semi Co-Assistant = minggu ke III dan IV
Senior Co-Assistant = minggu ke V dan VI
Tugas membantu dari para Co-Assistant selama 6 minggu dibagi sebagai berikut:

Minggu ke: I = membantu pekerjaan VD laborat
Minggu ke: II, III dan IV = bekerja dipoliklinik dan setelah selesai kembali klinik
Minggu ke: V = membantu poli dengan tugas-tugas istimewa
Minggu ke: VI = peiapan ujian akhir Co-Schap

Sepanjang tahun 1962 dan sekarang*
Penyempurnaan dalam menyelenggarakan seksi penyakit kulit & kelamin berjalan lancar sehingga jatah penerimaan Co-Assistant yang semula 52 orang setahun, dapat dilipat gandakan menjadi 104 orang setahun.

Pada tiap akhir Co-Schap diambil Ujian, yang mempunyai nilai menentukan yakni apabila para mahasiswa lulus dalam ujiannya maka mereka dibebaskan dari ujian A.II untuk mata pelajaran Dermato-Venereologi.

Beberapa catatan
Jumlah pengunjung penderita poliklinik Penyakit Kulit & Kelamin
Tahun 1957     = 19.683   orang
Tahun 1958     = 20.837   orang
Tahun 1959     = 20.592   orang
Tahun 1960     = 18.499   orang
Tahun 1961     = 18.470   orang
Tahun 1962     = 18.499   orang
*Sekarang: waktu beliau menulis
Disalin dari tulisan Alm. Prof. dr. RM. Rahardjo Nitisaputro, yang ditulis tangan dalam 2 (dua) lembar kertas folio (oleh dr. Soedirman S.)
Pada bulan Januari 1976

Ditulis oleh: Alm. Prof. dr. R.M. Rahardjo Nitisaputro,
Pembina Bagian Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta